08 November, 2018

Tokoh Tokoh Nasional dan Internasional yang Berasal dari Minangkabau

Seperti diketahui bahwa Suku Minangkabau memiliki budaya unik dan jarang ditemukan di kebudayaan lain. Kebudayaan itu di sebut dengan merantau.

Meski dengan populasi tergolong kecil. Suku Minangkabau ini pada umumnya menyebar di seluruh Indonesia hingga ke manca-negara dalam berbagai macam profesi dan keahlian,

Minangkabau merupakan salah satu suku tersukses dengan banyak pencapaian. Seperti dikutip dan dilansir dari Majalah Tempo dalam edisi khusus tahun 2000 mencatat bahwa 6 dari 10 tokoh penting Indonesia pada abad ke-20 merupakan orang Minang. 3 dari 4 orang pendiri Republik Indonesia adalah putra-putra Asli Minangkabau.

Dari keberhasilan dan kesuksesan orang Minangkabau yang banyak diraih ketika berada di perantauan. Maka kali ini akan diulas Siapa saja diantara mereka yang telah mengukir prestasi luar biasa ditingkat dunia? Penasaran dengan orang Minangkabau tersebut.

Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I (Terkenal Sebagai Sultan Johor)

Orang Minangkabau berpengaruh pertama adalah Sultan Abdul Jalil Syah atau Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I, dikenal juga dengan panggilan Raja Kecik atau Raja Kecil dari Pagaruyung, merupakan saudara dari Yang Dipertuan Pagaruyung Raja Alam Indermasyah, kemudian mendirikan Kesultanan Siak Sri Inderapura.

Raja Kecil putra Pagaruyung, didaulat menjadi penguasa Siak atas mufakat masyarakat di Bengkalis, sekaligus melepaskan Siak dari pengaruh Johor. Berdasarkan Historis Siak, Raja Kecil merupakan putra dari Sultan Mahmud, Sultan Johor yang terbunuh. Pada tahun 1717 Raja Kecil berhasil menguasai Kesultanan Johor sekaligus mengukuhkan dirinya sebagai Sultan Johor, dengan gelar Yang Dipertuan Besar Johor, namun pada tahun 1722 karena pengkianatan beberapa bangsawan Johor, ia tersingkir dan kemudian pindah ke Siak dan menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat pemerintahannya tahun 1723.

Raja Bagindo (Terkenal di Philipina)

Orang Minangkabau berpengaruh kedua adalah Raja Bagindo Ali (ejaan Filipina: Rajah Baguinda Ali) adalah seorang ulama Minangkabau yang mendirikan cikal-bakal Kesultanan Sulu di Filipina selatan pada akhir abad ke-14.

Raja Bagindo datang ke Sulu pada tahun 1390. Kedatangannya melanjutkan dakwah Islam yang telah dirintis oleh seorang ulama keturunan Arab, Karim ul-Makhdum. Selain ke Sulu, Raja Bagindo juga mengembara ke Brunei, Serawak, dan Sabah. Hingga akhir hayatnya Raja Bagindo telah mengislamkan masyarakat Sulu sampai ke Pulau Sibutu.

Sekitar tahun 1450, seorang Arab dari Johor yaitu Sharif ul-Hashim Syed Abu Bakr tiba di Sulu. Ia kemudian menikah dengan Paramisuli, putri Raja Bagindo. Setelah kematian Raja Bagindo, Abu Bakr melanjutkan pengislaman di wilayah ini. Pada tahun 1457, menantunya itu memproklamirkan berdirinya Kesultanan Sulu dan memakai gelar "Paduka Maulana Mahasari Sharif Sultan Hashem Abu Bakr". Gelar "Paduka" adalah gelar setempat yang berarti tuan sedangkan "Mahasari" bermaksud Yang Dipertuan.

Ahmad Boestamam (Terkenal di Partai Rakyat Malaysia)

Orang Minangkabau berpengaruh ketiga adalah Ahmad Boestamam lahir dari pasangan Raja Kechil dan Rasiah. Orang tuanya merupakan petani yang bermigrasi dari Salido, Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Ia mempunyai dua orang kakak, yaitu Rasunin dan Ramlah. Pada usia enam tahun, dia memasuki Sekolah Melayu di Behrang Ulu. Setelah itu melanjutkan ke Anderson School di Ipoh.

Ia menggunakan nama Ahmad Boestamam sebagai nama pena ketika mendirikan koran Suara Rakyat pada tahun 1945 di Ipoh, Perak. Ia berbakat besar dalam penulisan dan seorang pembicara yang handal. Ia di anugerahkan Panglima Negara Bintang Sarawak pada tahun 1976 dengan gelar Datuk.
Baca juga: Putra Minangkabau yang Menjadi Figur Mata Uang Asing

Raja Melewar (Terkenal Sebagai Raja di Negeri Sembilan)

Orang Minangkabau berpengaruh keempat adalah Raja Melewar adalah seorang Raja atau Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan pertama di Semenanjung Malaya. Ia merupakan keturunan Yang Dipertuan Pagaruyung, yang diutus langsung dari Kerajaan Pagaruyung untuk menjadi raja di Negeri Sembilan.

Nama lengkapnya adalah Yang Dipertuan Besar Sri Paduka Raja Tuanku Mahmud Syah ibni al-Marhum Sultan ‘Abdu’l Jalil, Yang diPertuan Besar Negeri Sembilan. Raja Melewar memerintah dari tahun 1773 sampai 1795.

Para pemukim Minangkabau sudah berdiam di Negeri Sembilan sejak abad ke-15. Pada awalnya mereka berada di bawah perlindungan Malaka, dan kemudian Johor. Pada abad ke-18 Johor yang melemah tak mampu lagi melindungi Negeri Sembilan dari serangan orang-orang Bugis. Karena itu para pemuka Negeri Sembilan meminta diberikan raja dari Pagaruyung untuk memerintah mereka. Raja Pagaruyung saat itu, Sultan Abdul Jalil, mengabulkan permohonan itu dan mengutus Raja Melewar untuk menjadi raja di Negeri Sembilan.

Tuanku Abdul Rahman (Dikenal Sebagai Yang Dipertuan Agung)

Orang Minangkabau berpengaruh kelima Tuanku Abdul Rahman merupakan yang Di-Pertuan Besar Negeri Sembilan (setingkat Sultan atau Raja) selama puluhan tahun sejak 1933-1960. Negeri Sembilan sendiri merupakan negeri Minangkabau di luar negeri dan dihuni mayoritas Urang Awak semenjak abad ke-15. Tuanku Abdul Rahman yang gambarnya ada di mata uang Malaysia tersebut merupakan keturunan kelima dari Sultan Abdul Jalil, dari Pagaruyung.

Pada mata uang 50 Ringgit Malaysia, tertera wajah Yang Di Pertuan Agong Malaysia pertama, Tuanku Abdul Rahman Tuanku Muhammad dari Negeri Sembilan.

Sheikh Muszaphar Shukor (Dikenal Sebagai Astronot pertama Malaysia)

Orang Minangkabau berpengaruh keenam Meski menjadi orang Malaysia pertama yang terbang ke luar angkasa. Muszaphar rupanya menganggap Indonesia sebagai Tanah Air kedua baginya.

Hal itu dilontarkan Muszaphar saat mengujungi Observatorium Bosscha, Lembang, Bandung, Desember 2007. Dia mengaku masih memiliki darah keturunan Minangkabau. "Nenek dari bapak saya lahir di Minangkabau. Jadi, saya sangat nyaman di sini," kata dia.

Yusof bin Ishak (Dikenal Sebagai Presiden pertama Singapura)

Orang Minangkabau berpengaruh ketujuh adalah Presiden Pertama Singapura adalah Yusof Bin Ishak Yusof Bin Ishak adalah presiden pertama singapura kelahiran 1910, kedua orangtuanya asli Indonesia. Ayahnya seorang Minangkabau dan Ibunya seorang melayu langkat (langkat kota di sumatera utara).

Pada 3 Desember 1959, Yusof dilantik sebagai kepala negara (Yang di-Pertuan Negara) Singapura. Ia merupakan warga negara Singapura yang pertama kali memegang jabatan tersebut. Pada 9 Agustus 1965, tatkala Singapura keluar dari Federasi Malaysia dan merdeka, status beliau berubah menjadi presiden negara kepulauan tersebut hingga tahun 1970, ketika Yusof meninggal.

Zubir Said (Dikenal Sebagai Pencipta Lagu Kabangsaan Majulah Singapura)

Orang Minangkabau berpengaruh kedelapan adalah Zubir Said lahir pada tahun 22 Juli 1907 di Fort de Kock (sekarang Bukittinggi), Sumatera Barat, Indonesia. Dialah putra Minangkabau yang menciptakan lagu kebangsaan Singapura "Majulah Singapura", juga lagu resmi Hari Anak Singapura "Semoga Bahagia".

"Majulah Singapura" adalah lagu kebangsaan resmi negara Singapura sejak negara tersebut merdeka penuh pada tahun 1965.

Ahmad Khatib Al-Minangkabawi (Dikenal Sebagai Imam di Masjidil Haram)

Orang minang berpengaruh kesembilan Tokoh yang kerap dikenal sebagai Syaikh Ahmad Khatib al- Minangkabawi ini lahir di Kota Tuo- Balai Gurah, IV Angkek Candung, Agam, Sumatra Barat, pada hari senin, 6 dzulhijjah 1274 H (1860 M) dan wafat di Tuanku Nan Rancak. Ayahnya bernama Abdul Lathif yang berasal dari kota gadang. Abdullah, Kakek Syaikh Ahmad Khatib al- Minangkabawi atau buyut menurut riwayat lain, adalah seorang ulama kenamaan. Oleh masyarakat gadang, Abdullah ditunjuk sebagai imam dan khatib. Sejak itulah gelar Khatib Nagari melekat di belakang namanya dan berlanjut ke keturunan di kemudian hari. Orang Minangkabau juga memiliki reputasi di Arab Saudi. Nama Ahmad Khatib Al-Minangkabawi pernah menjadi satu-satunya orang non-Arab yang pernah menjabat imam besar Masjidil Haram, Mekkah.

Mohammad Natsir (World Moslem Congress)

Orang Minangkabau berpengaruh kesepuluh Mohammad Natsir (lahir di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, kabupaten Solok, Sumatera Barat, 17 Juli 1908 – meninggal di Jakarta, 6 Februari 1993 pada umur 84 tahun) adalah seorang ulama, politisi, dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia merupakan pendiri sekaligus pemimpin partai politik Masyumi, dan tokoh Islam terkemuka Indonesia. Di dalam negeri, ia pernah menjabat menteri dan perdana menteri Indonesia, sedangkan di kancah internasional, ia pernah menjabat sebagai presiden Liga Muslim se-Dunia (World Muslim Congress) dan ketua Dewan Masjid se-Dunia. Selanjutnya Sutan Anwar, Pemain Indonesia di Piala Dunia 1938 dari Minangkabau


EmoticonEmoticon