Syekh Haji Daud Rasyidi dilahirkan di Balingka Kabupaten Agam Sumatera Barat tahun 1880 M. beliau merupakan seorang Ulama pembaharu Minangkabau, beliau juga dikenal sebagai seorang ulama yang merintis beberapa institusi pendidikan dan beberapa organisasi soasial-agama-kemasyarakatan diantaranya seperti VSB dan PMDN serta juga dikenal sebagai seorang ulama-pendidik.
Beliau juga seorang pejuang yang melawan penjajahan Belanda. Pada tahun 1946, sewaktu wakil Presiden Republik Indonesia beradada di Bukittinggi dalam rangka membentuk panitia ”Pengumpulan Mas” yang bertujuan untuk membeli sebuah pesawat terbang sebagai sarana perang tentara rakyat. Daud Rasyidi pernah menyusup ditengah-tengah ”hujan peluru” pada front pertempuran di Pasar Usang dan Indarung untuk mengantarkan perbekalan dan pakaian bagi pejuang-pejuang bangsa yang sedang bertempur.
[post_ads]Sebelumnya, Daud Rasyidi bersama-sama dengan Syekh Ibrahim Musa Parabek telah turun pula berjalan kaki mengelilingi daerah-daerah Minangkabau. Tujuan Daud Rasyidi ”turba” dengan Inyiak Parabek ini dalam rangka mencari dana berupa bantuan dari ummat Islam, yang hasilnya ternyata cukup banyak dan kemudian diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia.
[post_ads]Sebelumnya, Daud Rasyidi bersama-sama dengan Syekh Ibrahim Musa Parabek telah turun pula berjalan kaki mengelilingi daerah-daerah Minangkabau. Tujuan Daud Rasyidi ”turba” dengan Inyiak Parabek ini dalam rangka mencari dana berupa bantuan dari ummat Islam, yang hasilnya ternyata cukup banyak dan kemudian diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia.
Beliau juga seorang ulama idealis yang tidak bisa ”dibeli” oleh pihak penjajah – baik ketika zaman Belanda maupun Jepang. Daud Rasyidi beruntung hidup di tiga alam yaitu zaman penjajahan Belanda, Jepang dan Pasca Kemerdekaan. Dalam setiap masa tersebut, kontribusi Daud Rasyidi sangat signifikan. Idealisme dan konsistensi sikap Daud Rasyidi terlihat dengan jelas pada tiga zaman tersebut. Beliau selalu memegang prinsip yang diyakininya benar, walaupun ”suasana zaman” berubah. Beliau akan terus tercatat dalam tinta emas sejarah intelektual dan perjuangan masyarakat Sumatera Barat. Hari itu, Senin tanggal 26 Januari 1948, di waktu sholat maghrib di Surau Inyiak Djambek, Daud Rasyidi bertindak sebagai imam sholat.
[post_ads_2]
Tepat pada tahyat pertama setelah membaca tasahut awwal ketika ketiak akan berdiri, kaki Daud Rasyidi tidak kuat lagi menopang tubuhnya. Beliau-pun rubuh. Salah seorang jamaah yang sengaja menghentikan atau memutuskan sholat-nya, menyambut tubuh Daud Rasyidi. Beberapa saat kemudian, putra Balingka ini menghadap sang khalik. Tanggal 27 Januari 1948, bertepatan dengan 15 Rabiul Awwal 1368 H., jenazah Daud Rasyidi dikebumikan disamping makam sahabatnya, Syekh Muhammad Djamil Djambek di Bukittinggi
[post_ads_2]
Tepat pada tahyat pertama setelah membaca tasahut awwal ketika ketiak akan berdiri, kaki Daud Rasyidi tidak kuat lagi menopang tubuhnya. Beliau-pun rubuh. Salah seorang jamaah yang sengaja menghentikan atau memutuskan sholat-nya, menyambut tubuh Daud Rasyidi. Beberapa saat kemudian, putra Balingka ini menghadap sang khalik. Tanggal 27 Januari 1948, bertepatan dengan 15 Rabiul Awwal 1368 H., jenazah Daud Rasyidi dikebumikan disamping makam sahabatnya, Syekh Muhammad Djamil Djambek di Bukittinggi
Sumber : http://ikbpadang.blogspot.com/
EmoticonEmoticon