Muchtar Lutfi (lahir di Balingka, Agam, Sumatera Barat tahun 1901 -wafat di Makassar, Sulawesi Selatan tahun 1950) adalah salah seorang ulama, politikus, dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Dia merupakan pengurus partai Persatuan Muslim Indonesia dan ketua Partai Masyumi cabang Sulawesi.
Muchtar Lutfi adalah seorang Minangkabau. Ayahnya bernamaH. Abdul Latief Rasyidi, seorang ulama yang pernah memimpin surau Jembatan Besi Padang Panjang. Pada tahun 1908, Muchtar dimasukkan ke sekolah nagari tiga tahun di Balingka, sebelum diserahkan kepada Syekh Abdul Karim Amrullah untuk memperdalam ilmu agama. Pada tahun 1911, Abdul Karim Amrullah pindah ke Padang Panjang untuk mengajar di surau Jembatan Besi, dan iapun dibawanya serta. Di surau Jembatan Besi, iamengembangkan bakatnya dalam berpidato dan berdebat dalam masalah agama. Kemampuannya itu telah menimbulkan kepercayaan Zainuddin Labay el Yunusi, pendiri dan pemimpin Diniyah School Padang Panjang, untuk mengangkatnya sebagai pemimpin Diniyah School cabang Sibolga.[1] Sekembalinya dari Sibolga,Muchtar dianggkat menjadi guru di Sekolah Rajadan OSVIA.
[post_ads]
Ketika menjadi guru, ia mengarang buku yang menentang pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Oleh karenanyaia dicari pemerintah kolonial karenatelah mengganggu ketertiban umum. Berkat bantuan gurunya, Abdul Karim Amrullah, Muchtar Lutfi berhasil melarikan diri ke Malaysia, dan dilanjutkan ke Mekkah dan Kairo. Di Kairo pada tahun 1922, ia bersama mahasiswa asal Kepulauan Nusantara lainnya membentuk Al-Jamiah al-Khairiyah al-Jawah.[2] Organisasi ini bertujuan untuk menyamakan visi mahasiswa tentang realitas yang terjadi di Nusantara. Pada tahun 1926,bersamaIlyas Ya'kub iamembentuk Perhimpunan Penjaga. Mereka juga menerbitkan majalah Seruan Al-Azhar dan Pilihan Timur, yang keduanya berorientasi politik.
Tahun 1931, Muchtar kembali ke Sumatera Barat dan bergabung dengan Persatuan Muslimin Indonesia (Permi). Di partai tersebut, ia diangkat sebagai Ketua Dewan PropagandaPermi. Ia juga menaruh minat terhadap pendidikan, dan mendirikan sekolah wanita Normal School. Akibat aktifitas politiknya yang radikal, padatahun 1932 pemerintah Belanda menangkapnya dan dua tahun kemudian iadibuang ke Boven Digoel bersama Jalaluddin Thaib dan Ilyas Ya'kub. [3] Ia baru dibebaskan setelah Jepang berhasil menduduki Indonesia pada tahun 1942. Oleh Belanda iadibebaskan ke Makassar dan diangkat sebagai anggota Konstituante NegaraIndonesia Timur. Setelah itu ia berbalik arah dan mendukung Republik Indonesia. Tidak lama kemudian Muchtar diangkat sebagai ketuaPartai Masyumi cabang Sulawesi.
[post_ads_2]
Pada tahun 1950, pasukan APRIS pimpinan Andi Azis melakukan pemberontakan di Makassar. Mereka bersama pasukan KNIL mengadakan raziake rumah tokoh-tokoh yang anti-federal. Salah satunya ke rumah Muchtar Lutfi, dimana ialangsung ditembak hingga tewas. Atas jasa-jasanya, masyarakat Makassar mengabadikan namaMuchtar Lutfi pada salah satu jalan di kotaMakassar, sekitar Pantai Losari (Sumber : Wikipedia)
Muchtar Lutfi adalah seorang Minangkabau. Ayahnya bernamaH. Abdul Latief Rasyidi, seorang ulama yang pernah memimpin surau Jembatan Besi Padang Panjang. Pada tahun 1908, Muchtar dimasukkan ke sekolah nagari tiga tahun di Balingka, sebelum diserahkan kepada Syekh Abdul Karim Amrullah untuk memperdalam ilmu agama. Pada tahun 1911, Abdul Karim Amrullah pindah ke Padang Panjang untuk mengajar di surau Jembatan Besi, dan iapun dibawanya serta. Di surau Jembatan Besi, iamengembangkan bakatnya dalam berpidato dan berdebat dalam masalah agama. Kemampuannya itu telah menimbulkan kepercayaan Zainuddin Labay el Yunusi, pendiri dan pemimpin Diniyah School Padang Panjang, untuk mengangkatnya sebagai pemimpin Diniyah School cabang Sibolga.[1] Sekembalinya dari Sibolga,Muchtar dianggkat menjadi guru di Sekolah Rajadan OSVIA.
[post_ads]
Ketika menjadi guru, ia mengarang buku yang menentang pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Oleh karenanyaia dicari pemerintah kolonial karenatelah mengganggu ketertiban umum. Berkat bantuan gurunya, Abdul Karim Amrullah, Muchtar Lutfi berhasil melarikan diri ke Malaysia, dan dilanjutkan ke Mekkah dan Kairo. Di Kairo pada tahun 1922, ia bersama mahasiswa asal Kepulauan Nusantara lainnya membentuk Al-Jamiah al-Khairiyah al-Jawah.[2] Organisasi ini bertujuan untuk menyamakan visi mahasiswa tentang realitas yang terjadi di Nusantara. Pada tahun 1926,bersamaIlyas Ya'kub iamembentuk Perhimpunan Penjaga. Mereka juga menerbitkan majalah Seruan Al-Azhar dan Pilihan Timur, yang keduanya berorientasi politik.
Tahun 1931, Muchtar kembali ke Sumatera Barat dan bergabung dengan Persatuan Muslimin Indonesia (Permi). Di partai tersebut, ia diangkat sebagai Ketua Dewan PropagandaPermi. Ia juga menaruh minat terhadap pendidikan, dan mendirikan sekolah wanita Normal School. Akibat aktifitas politiknya yang radikal, padatahun 1932 pemerintah Belanda menangkapnya dan dua tahun kemudian iadibuang ke Boven Digoel bersama Jalaluddin Thaib dan Ilyas Ya'kub. [3] Ia baru dibebaskan setelah Jepang berhasil menduduki Indonesia pada tahun 1942. Oleh Belanda iadibebaskan ke Makassar dan diangkat sebagai anggota Konstituante NegaraIndonesia Timur. Setelah itu ia berbalik arah dan mendukung Republik Indonesia. Tidak lama kemudian Muchtar diangkat sebagai ketuaPartai Masyumi cabang Sulawesi.
[post_ads_2]
Pada tahun 1950, pasukan APRIS pimpinan Andi Azis melakukan pemberontakan di Makassar. Mereka bersama pasukan KNIL mengadakan raziake rumah tokoh-tokoh yang anti-federal. Salah satunya ke rumah Muchtar Lutfi, dimana ialangsung ditembak hingga tewas. Atas jasa-jasanya, masyarakat Makassar mengabadikan namaMuchtar Lutfi pada salah satu jalan di kotaMakassar, sekitar Pantai Losari (Sumber : Wikipedia)
1 comments
😍👍
EmoticonEmoticon