13 April, 2018

Pacu Jawi, Penarik Wisata dari Batusangka

Pacu Jawi bukan jadi satu tujuan saat melewati LUHAK NAN TUO, Batusangkar. Bahkan tidak tahu bahwa Pacu Jawi menjadi satu atraksi tradisional di Kab. Tanah Datar ini. Pernah sekilas melihatnya di televisi, tapi tak tahu lokasi tepat di Sumatera Barat tempat pelaksanaannya.

Beruntunglah memaksakan diri mengunjungi BENTENG VAN DER CAPELLEN yang sekarang digunakan sebagai kantor dinas kebudayaan & pariwisata Kabupaten Tanah Datar. Sore itu bertemu dengan Bpk. Efrison, SE, Kasi Promosi Wisata, yang membuka mata tentang potensi wisata Kabupaten Tanah Datar. Dengan pasti beliau mengundang untuk menyaksikan Pacu Jawi esok hari. Saat panen usai, Pacu jawi atau Pacu Sapi menjadi kegiatan masyarakat untuk menanti musim tanam berikutnya, sekalian mengolah tanah. Rencana melanjutkan perjalanan dengan terpaksa, tapi senang hati, ditunda.

Walaupun sama memacu sapi, Pacu Jawi berbeda dengan karapan sapi di Madura. Tak ada pemenang dalam perlombaan ini. Konon, sapi yang bisa berjalan lurus dalam lintasan lah jadi yang terbaik. Gengsi sang pemilik naik, harga sapi pun melonjak.

Esok pagi berkendara menuju Kota Hilang (baca: koto iliang) di Sungai Tarab (jika masuk Batusangkar dari Bukittinggi atau Payakumbuh, daerah ini pasti dilewati) yang berjarak hanya 15 menit dari Kota Batusangkar. Parkir diantara rumah penduduk dan dilanjutkan berjalan kaki 15 menit diantara pematang sawah yang telah dipanen. Sayang cuaca tak terlalu bagus hari ini. Mendung menggayuti langit sejak pagi. Gerimis datang dan menghilang. Tapi acara tetap harus berjalan.



 
Pacu Jawi jadi seperti karnaval bagi masyarakat setempat. Tak hanya menonton sapi yang dipacu di sawah, lomba layang-layang, makanan tradisional dan permainan tradisional pun tersedia. Buaian Kaliang, bianglala Dufan, ala Sumatera Barat. Cukup empat kursi dengan tenaga manusia sebagai penggeraknya.
[post_ads]
Sapi-sapi pun dipersiapkan untuk di pacu. Tak hanya dari daerah setempat, tapi dari berbagai daerah lainnya di Kabupaten Tanah Datar juga hadir bertruk besar membelah jalan desa yang tak seberapa.
 
Saat cuaca mendung di kaki gunung, minuman hangat jadi pilihan pasti. Kawa daun wajib dicoba! Daun Kopi dicincang, disangrai sampai kering, direbus, lalu disaring, jadilah minuman khas. Disajikan khusus dalam tempurung kelapa berteman gorengan. Hhhmmm... rasanya seperti teh dan sedikit kopi.

Waktunya membawa sapi ke arena. Tak ada nomor urut. Yang siap silahkan maju. Sepasang sapi masing-masing dikalungkan alat seperti bajak untuk sang joki berdiri.
Tak semua sapi menurut saat turun ke arena. Tak hanya sang pemilik dan joki yang harus siap mengendalikan sapi yang berulah, penonton pun harus siap angkat kaki jika sang sapi memilih kabur ke arah kerumunan.[post_ads_2]
 
Ini cara yang unik mengendalikan arah lari sapi. Tak ada setir untuk mengendalikan, jadi tarik ekor dan gigit!

Ada spesialis joki pada pacu jawi. Joki belum tentu sang pemilik. Layaknya joki 3 in 1 di Jakarta, sang joki cukup stand by di garis start menunggu ditunjuk atau menawarkan diri.

Saatnya berlaga. Lepaskan pegangan, biarkan jawi berpacu bersama joki.
Jadwal Pacu Jawi bisa di cek di www.tanahdatartourism.com
Sumber : http://kawanjalan.blogspot.com/


EmoticonEmoticon