Beliau ialah seorang ulama Tarikat Syathariyah di Darek yang mempunyai pengaruh besar, hingga disebut ketika Ulakan tidak lagi menampakkan pengaruh, nyaris Koto Tuo (dalam hal ini Surau Angku Aluma ini) menyaingi posisi Ulakan, bahkan merebut pengaruh Ulakan dikalangan pengikut Syathariyah. (Latief: 1988)
Dari segi jaringan intelektual, Angku Aluma mempunyai koneksi yang istimewa dibandingkan dengan ulama-ulama Syathariyah lainnya. Ulama-ulama Syathariyah lainnya umumnya menyandarkan silsilah Tarikat Syathariyahnya hanya kepada Syekh Burhanuddin Ulakan Semata, namun Angku Aluma disamping kepada Syekh Burhanuddin, juga menurut garis silsilah lainnya yaitu kepada Syekh Muhammad Saman Aceh (sama-sama berguru kepada Syekh Burhanuddin Ulakan) melalui gurunya Syekh Angku Sutan Koto Tuo, hal mana Angku Sutan mempunyai hubungan yang erat dengan tokoh terkemuka Paderi Tuanku Koto Tuo.
Dalam sanad sisilah yang terdapat di Kiambang (cabang Syathariyah Koto Tuo), ilmu Tarekat yang dikembangkan oleh Angku Aluma lebih ditekankan kepada gurunya yang tersohor Syekh Tuanku Uwai Limopuluah.
[post_ads]
Di Surau Angku Aluma, sebagai halnya Surau Uwai juga mengajarkan keilmuan Islam lewat kitab-kitab klasik, manuskrip, sebahagiannya menggunakan kitab yang sudah dicetak, yang diistilahkan dengan kitab kuning. Bentuk pengajiannya masih model lama yaitu sistem halaqah. Disamping itu, sebagaimana gurunya Tuanku Limopuluah, Syekh Aluma juga terdapat menggubah Sya’ir-sya’ir yang menguraikan pengajian Tubuh. Diantaranya berjudul “Sya’ir Ma’rifat”, kutipan isinya ialah:
[lock]
Tuhanku tanzih shifatnya muhith
menjadikan hambanya shalih dan ‘abid
mengarangkan ma’rifah ‘ilmu tauhid
dalil memandang supaya qarib
duduklah faqir bersenang-sengan
masa tengah hari orang pun lengang
di hari fikiran tempat berpegang
supaya terus jalan memandang
sya’ir ma’rifat tuan dengarkan
setengahnya jawi hamba ‘uraikan
siapa yang tahu tuan fahamkan
beribu makna ada di dalam
satu sya’ir hendak dikarang
jalan ma’rifat supaya terang
jangan sesat tempat berpegang
dunia akhirat jangan tergamang
……………
Pandang muntahi bukan melangkah
Hanyalah adam sempurna fanah
Dari pada mengingati sudahlah lengah
Tiada sana kenal mengenal[lah]
Patutlah ia bernama qadim
Halus dan kasar sudahlah licin
Dihadirat Allah hanya bermain
Apa kehendak sudahlah amin
Jalan syari’at sebelum terang
Diam disana jadi belarang
Tidak siapa tempat berpegang
Hanyalah amal tempat menompang
Maqam ma’rifat bukanlah begitu
Hanyalah wahid jamaknya satu
Zhahir dan batin pandangnya satu
Tiada berlarang diam disitu
Orang syari’at sebelum karam
Dimana boleh disitu diam
Fariq-nya jauh bertukar jalan [m]
Sauh tempat berlain diam
[/lock]
Diantara murid-murid Tuanku yang kemudian yang berkiprah sebagai jargon Tarikat Syatariyah dikemudian hari ialah:
a. Buya Angku Isma’il Koto Tuo
Beliau ialah akan kandung dari Tuanku Aluma sendiri. Angku Isma’il ini telah menggerakkan pendidikan di kalangan Syathariyah dengan bentuk Madrasah, sebuah inovasi yang belum dikenal sebelumnya. Yaitu dengan mendirikan Madrasah Ibtida’iyah dan Madrasah Tsanawiyah Syathariyah di Bancah Laweh Padang Panjang. Selain itu dia telah memperkokoh posisi Koto Tuo sebagai sentra Syathariyah setelah Ulakan.
b. Syekh Angku Isma’il Kiambang (1901-1965)
Beliau merupakan salah satu murid Syekh Aluma yang mempunyai pengaruh Signifikan di Pariaman. Beliau belajar selama 8 tahun di Surau Angku Aluma, dengan 4 tahun dari keseluruhan masa itu dia belajar Tasawwuf, dalam artian Tarikat Syathariyah. Ajaran-ajaran yang diuraikan Syekh Isma’il ini dapat kita simak dari salinan pengajian yang ditulis muridnya Buya Khatib Yusuf, disalin dalam bentuk tulisan latin, dari tulisan Arab Melayu, kemudian buku ini tersebar dalam bentuk kopian. Diantara isi pengajiannya:
Syathariyah, Syathar dengan makna kashad, artinya yang betul, oleh sebab itu Tarikat Syathariyah artinya jalan yang betul kepada Allah, yaitu shiratal Mustaqim, yakni diri kita sendiri.
………
Tarikat Syathariyah ini diatas mematikan diri sebelum mati.
………
Bahwa rahasia pada pengajian Tarikat sesungguhnya “mengittikatkan sekalian hati dengan hati kepada Rasulullah, sampai kepada Allah.”
Diantara murid-murid Syekh Kiambang ini ialah:
i. Buya Mato Aia Pakandangan
ii. Syekh Angku Marajo Sungai Asam
iii. Buya Khatib Yusuf, Lakuak- Padang
c. Syekh Paingan Sungai Limau
d. Buya Angku Panjang Sungai Sariak, murid-muridnya ialah:
i. Buya Tapakis Lubuk Alung
ii. Buya Angku Sidi Batang Ceno
Oleh: al-Faqir Apria Putra
Ditulis berdasarkan ziarah ke Koto Tuo, Desember 2010
Sumber : http://surautuo.blogspot.com/
Foto: Tuanku Aluma Koto Tua (Foto koleksi Surau Kiambang) |
Dalam sanad sisilah yang terdapat di Kiambang (cabang Syathariyah Koto Tuo), ilmu Tarekat yang dikembangkan oleh Angku Aluma lebih ditekankan kepada gurunya yang tersohor Syekh Tuanku Uwai Limopuluah.
[post_ads]
Di Surau Angku Aluma, sebagai halnya Surau Uwai juga mengajarkan keilmuan Islam lewat kitab-kitab klasik, manuskrip, sebahagiannya menggunakan kitab yang sudah dicetak, yang diistilahkan dengan kitab kuning. Bentuk pengajiannya masih model lama yaitu sistem halaqah. Disamping itu, sebagaimana gurunya Tuanku Limopuluah, Syekh Aluma juga terdapat menggubah Sya’ir-sya’ir yang menguraikan pengajian Tubuh. Diantaranya berjudul “Sya’ir Ma’rifat”, kutipan isinya ialah:
[lock]
Tuhanku tanzih shifatnya muhith
menjadikan hambanya shalih dan ‘abid
mengarangkan ma’rifah ‘ilmu tauhid
dalil memandang supaya qarib
duduklah faqir bersenang-sengan
masa tengah hari orang pun lengang
di hari fikiran tempat berpegang
supaya terus jalan memandang
sya’ir ma’rifat tuan dengarkan
setengahnya jawi hamba ‘uraikan
siapa yang tahu tuan fahamkan
beribu makna ada di dalam
satu sya’ir hendak dikarang
jalan ma’rifat supaya terang
jangan sesat tempat berpegang
dunia akhirat jangan tergamang
……………
Pandang muntahi bukan melangkah
Hanyalah adam sempurna fanah
Dari pada mengingati sudahlah lengah
Tiada sana kenal mengenal[lah]
Patutlah ia bernama qadim
Halus dan kasar sudahlah licin
Dihadirat Allah hanya bermain
Apa kehendak sudahlah amin
Jalan syari’at sebelum terang
Diam disana jadi belarang
Tidak siapa tempat berpegang
Hanyalah amal tempat menompang
Maqam ma’rifat bukanlah begitu
Hanyalah wahid jamaknya satu
Zhahir dan batin pandangnya satu
Tiada berlarang diam disitu
Orang syari’at sebelum karam
Dimana boleh disitu diam
Fariq-nya jauh bertukar jalan [m]
Sauh tempat berlain diam
[/lock]
Diantara murid-murid Tuanku yang kemudian yang berkiprah sebagai jargon Tarikat Syatariyah dikemudian hari ialah:
a. Buya Angku Isma’il Koto Tuo
Beliau ialah akan kandung dari Tuanku Aluma sendiri. Angku Isma’il ini telah menggerakkan pendidikan di kalangan Syathariyah dengan bentuk Madrasah, sebuah inovasi yang belum dikenal sebelumnya. Yaitu dengan mendirikan Madrasah Ibtida’iyah dan Madrasah Tsanawiyah Syathariyah di Bancah Laweh Padang Panjang. Selain itu dia telah memperkokoh posisi Koto Tuo sebagai sentra Syathariyah setelah Ulakan.
b. Syekh Angku Isma’il Kiambang (1901-1965)
Beliau merupakan salah satu murid Syekh Aluma yang mempunyai pengaruh Signifikan di Pariaman. Beliau belajar selama 8 tahun di Surau Angku Aluma, dengan 4 tahun dari keseluruhan masa itu dia belajar Tasawwuf, dalam artian Tarikat Syathariyah. Ajaran-ajaran yang diuraikan Syekh Isma’il ini dapat kita simak dari salinan pengajian yang ditulis muridnya Buya Khatib Yusuf, disalin dalam bentuk tulisan latin, dari tulisan Arab Melayu, kemudian buku ini tersebar dalam bentuk kopian. Diantara isi pengajiannya:
Syathariyah, Syathar dengan makna kashad, artinya yang betul, oleh sebab itu Tarikat Syathariyah artinya jalan yang betul kepada Allah, yaitu shiratal Mustaqim, yakni diri kita sendiri.
………
Tarikat Syathariyah ini diatas mematikan diri sebelum mati.
………
Bahwa rahasia pada pengajian Tarikat sesungguhnya “mengittikatkan sekalian hati dengan hati kepada Rasulullah, sampai kepada Allah.”
Diantara murid-murid Syekh Kiambang ini ialah:
i. Buya Mato Aia Pakandangan
ii. Syekh Angku Marajo Sungai Asam
iii. Buya Khatib Yusuf, Lakuak- Padang
c. Syekh Paingan Sungai Limau
d. Buya Angku Panjang Sungai Sariak, murid-muridnya ialah:
i. Buya Tapakis Lubuk Alung
ii. Buya Angku Sidi Batang Ceno
Oleh: al-Faqir Apria Putra
Ditulis berdasarkan ziarah ke Koto Tuo, Desember 2010
Sumber : http://surautuo.blogspot.com/
1 comments
Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi penyayang.telah ditemui blog ulama di bumi Minangkabau.
EmoticonEmoticon