12 April, 2018

Blusukan di Lubuak Salasiah tahun 1928

Blusukan alias Kunjungan Kerja petinggi pusat ke daerah rupanya sudah membudaya sejak zaman kolonial. Tradisi itu ditiru oleh para pemimpin Indonesia sampai sekarang. Malah ada yang baru lagi: studi banding. Bule tinggi yang terlihat dalam foto ini adalah Andries Cornelis Dirk de Graeff, Gubernur Jendral Hindia Belanda yang berkuasa antar 1926-1931. Pada tahun 1928 dia berkunjung ke Sumatras Westkust (Sumatra Barat). Dalam foto yang dibuat tahun 1928 ini, yang tercatat sebagai milik J. Stoutjesdijk, terlihat De Graeff sedang bercakap-cakap dengan seorang gadis yang berpakaian adat Minang, disaksikan oleh keluarganya. Hiasan kepala gadis itu cukup unik: sepertinya semacam sanggul yang khas.

Satu gadis lainnya yang berbaju putih tampil dengan pakaian modern. Si gadis yang berpakaian adat tampaknya agak malu dan menunduk. Gambar ini berbicara kepada kita mengenai segregasi kelas sosial dan ras di zaman kolonial. 
[post_ads]
Disebutkan bahwa lokasi pengambilan gambar ini berada di Lubuak Salasiah, antara Padang dan Solok. Bahasa apa ya yang dipakai dalam percakapan itu? Bahasa Melayu, bahasa Belanda, atau bahasa Minang (dialek Solok)? Dan kira-kira apa ya topik percakapan mereka?

Dalam kukernya ke Sumatra, Gubernur Jendral de Graeff juga mengunjungi Kerinci, Rao, Padang Sidempuan, terus ke utara hingga ke Aceh. De Graeff termasuk salah seorang Gubernur Jendral Hindia Belanda yang selama masa jabatannya sering berkunjung daerah-daerah di luar pulau Jawa. Ia juga pernah berkunjung ke Indochina dan Kamboja tahun 1930. 
[post_ads_2]
Sekarang pejabat pusat yang berkunjung ke daerah sering juga memakai topi atau kopiah, tapi tidak lagi pakai sarung tangan seperti penampilan De Graeff dalam foto ini. Kalau pakai sarung tangan, wah pasti dianggap kebelanda-belandaan.

sumber:
Suryadi Leiden, Belanda. (Sumber foto: KITLV Leiden).


EmoticonEmoticon