Ada yang berpikir apa arti dan makna filosofi dari seni ukiran di Rumah Gadang Minangkabau? Nah tahukah Sanak kalau ukiran di rumah gadang tersebut memilik arti dan makna filosofi tersendiri? Simak ulasan tentang Arti dan Makna Filosofi Seni Ukiran di Rumah Gadang Minangkabau berikut ini.
Ornamen ukiran tradisional Rumah Gadang Minangkabau semuanya berwujudkan alam flora, yang tidak hanya berperan sebagai penghias belaka, melainkan juga merupakan simbol yang mempunyai makna ukiran rumah Gadang itu.
Setelah diteliti ornamen ularan Rumah Gadang mempunyai hubungan yang erat dengan adat di Minangkabau. Dari sumber yang ada menyebutkan Adat Minangkabau berpengaruh terhadap ornamen ukiran Rumah Gadang, sehingga ornamen mempakan simbol dari perwujudan adat.
Pengadaan ornamen ukiran selalu berhubungan dengan prinsip adat basandi syarak (adat bersendikan syarak) Yang mempunyai filosofi alun lakambang jadi guru (alam terkambang jadi guru) dengan kousep alue jo patuik (alur dan patut), ukue jo jangka (ukur dengan jangka) dan raso jo pariso (rasa dan periksa) dengan dasar pola geometris.
Adat Minangkabau adalah satu dari sebagian kecil warisan budaya lokal yang masih bertahan hingga hari ini. Sebagai kekhasan yang paling menonjol adalah seni ukir. Kekayaan aset berupa seni ukir masih terus dipertahankan hingga hari ini.
[post_ads]
Bukan hanya secara lahiriah, namun juga secara lebih mendalam, makna- makna filosofis yang terkandung pada ukiran tersebut masih tetap diupayakan untuk dipegang teguh sebagai falsafah hidup masyarakat Minangkabau.
Bentuk- bentuk ukiran dikembangkan dengan mengambil inspirasi dari tiga hal yaitu nama tumbuh-tumbuhan, nama hewan dan nama benda-benda yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Dalam masyarakat Minangkabau dikenal tiga macam jenis ukiran. Ketiga ukiran tersebut terinspirasi dari alam.
Makna Ukiran Rumah Gadang Perbedaannya didasarkan kepada inspirasi dari motif ukiran. Seni ukiran Minang yang terdapat di rumah gadang (Rumah Gadang, Rumah Bagonjong, Rumah Adat Minangkabau) diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Ukiran di Rumah Gadang yang terinspirasi dari nama tumbuh-tumbuhan
Ukiran Rumah Gadang yang terinspirasi oleh tumbuhan seperti Aka Duo Gagang, Aka Barayun (akar berayun), Aka Duo (akar dua), Gagang (gagang), Aka Taranang (akar terendam) , Bungo Anau (bunga enau), Buah Anau (buah enau), Bungo Taratai dalam Aie (bunga teratai dalam air), Daun Bodi jo Kipeh Cino (daun bodi dan kipas cina), Kaluak Paku (tanaman pakis) Kacang Balimbiang (kacang belimbing), Siriah Gadang (sirih besar) dan Siriah Naiak (sirih naik).
2. Ukiran di Rumah Gadang yang terinspirasi dari nama hewan
Ukiran dan seni ukiran Rumah Gadang yang terinspirasi oleh nama hewan seperti Itiak Pulang Patang, Ruso Balari dalam Ransang dan Tupai Managun. Ayam Mancotok (ayam mematuk) dalam Kandang Gajah Badorong (gajah didorong), Harimau dalam Parangkok (harimau dalam perangkap), Kuciang lalok (kucing tidur).
3. Nama motif yang terinspirasi dari benda-benda yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
Benda sehari-hari yang menjadi motif ukiran rumah gadang seperti Ambun Dewi, Aie Bapesong (air berputar), Ati-ati, Carano Kanso (carano plat besi tipis), Jalo Taserak, Jarek takambang, Kaluak Baralun (lengkung beralun), Lapiah Duo (lapis dua), Limpapeh, Kipeh Cino dan Sajamba Makan (kipas cina dan makan bersama-sama).
Penulisan ini bertujuan untuk membahas dan menginterpretasikan makna filosofis yang terkandung dalam ukiran “Itiak Pulang Patang” yang mencerminkan pola kehidupan masyarakat Minangkabau.
Selain keterangan di atas Makna Ukiran di Rumah Gadang juga menjelaskan hal-hal kehidupan dan lain sebagainya.
Setiap nama memiliki makna dari ukiran dan seni ukiran di Rumah Gadang Minangkabau memiliki makna, diantaranya :
“kaluak paku’ mempunyai arti ajaran anak dipangku kemenakan dibimbing.
“pucuak rabuang” bermakna pelajaran yang berguna yaitu “ketek baguno, gadang tapakai”.
“saluak laka” berarti lambang kekerabatan di Minang.
“jalo” melambangkan sistem pemerintahan Datuak Parpatih Nan Sabatang atau aliran Bodi Caniago.
“jarek” melambangkan sistem pemerintahan Datuak Katumanggungan atau aliran Koto Piliang.
“itiak pulang patang” bermakna anak – kemenakan.
“saik galamai” melambangkan ketelitian.
“si kambang manih” menggambarkan keramahan.
Ornamen ukiran tradisional Rumah Gadang Minangkabau semuanya berwujudkan alam flora, yang tidak hanya berperan sebagai penghias belaka, melainkan juga merupakan simbol yang mempunyai makna ukiran rumah Gadang itu.
Setelah diteliti ornamen ularan Rumah Gadang mempunyai hubungan yang erat dengan adat di Minangkabau. Dari sumber yang ada menyebutkan Adat Minangkabau berpengaruh terhadap ornamen ukiran Rumah Gadang, sehingga ornamen mempakan simbol dari perwujudan adat.
Pengadaan ornamen ukiran selalu berhubungan dengan prinsip adat basandi syarak (adat bersendikan syarak) Yang mempunyai filosofi alun lakambang jadi guru (alam terkambang jadi guru) dengan kousep alue jo patuik (alur dan patut), ukue jo jangka (ukur dengan jangka) dan raso jo pariso (rasa dan periksa) dengan dasar pola geometris.
Adat Minangkabau adalah satu dari sebagian kecil warisan budaya lokal yang masih bertahan hingga hari ini. Sebagai kekhasan yang paling menonjol adalah seni ukir. Kekayaan aset berupa seni ukir masih terus dipertahankan hingga hari ini.
[post_ads]
Bukan hanya secara lahiriah, namun juga secara lebih mendalam, makna- makna filosofis yang terkandung pada ukiran tersebut masih tetap diupayakan untuk dipegang teguh sebagai falsafah hidup masyarakat Minangkabau.
Bentuk- bentuk ukiran dikembangkan dengan mengambil inspirasi dari tiga hal yaitu nama tumbuh-tumbuhan, nama hewan dan nama benda-benda yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Dalam masyarakat Minangkabau dikenal tiga macam jenis ukiran. Ketiga ukiran tersebut terinspirasi dari alam.
Makna Ukiran Rumah Gadang Perbedaannya didasarkan kepada inspirasi dari motif ukiran. Seni ukiran Minang yang terdapat di rumah gadang (Rumah Gadang, Rumah Bagonjong, Rumah Adat Minangkabau) diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Ukiran di Rumah Gadang yang terinspirasi dari nama tumbuh-tumbuhan
Ukiran Rumah Gadang yang terinspirasi oleh tumbuhan seperti Aka Duo Gagang, Aka Barayun (akar berayun), Aka Duo (akar dua), Gagang (gagang), Aka Taranang (akar terendam) , Bungo Anau (bunga enau), Buah Anau (buah enau), Bungo Taratai dalam Aie (bunga teratai dalam air), Daun Bodi jo Kipeh Cino (daun bodi dan kipas cina), Kaluak Paku (tanaman pakis) Kacang Balimbiang (kacang belimbing), Siriah Gadang (sirih besar) dan Siriah Naiak (sirih naik).
2. Ukiran di Rumah Gadang yang terinspirasi dari nama hewan
Ukiran dan seni ukiran Rumah Gadang yang terinspirasi oleh nama hewan seperti Itiak Pulang Patang, Ruso Balari dalam Ransang dan Tupai Managun. Ayam Mancotok (ayam mematuk) dalam Kandang Gajah Badorong (gajah didorong), Harimau dalam Parangkok (harimau dalam perangkap), Kuciang lalok (kucing tidur).
3. Nama motif yang terinspirasi dari benda-benda yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
Benda sehari-hari yang menjadi motif ukiran rumah gadang seperti Ambun Dewi, Aie Bapesong (air berputar), Ati-ati, Carano Kanso (carano plat besi tipis), Jalo Taserak, Jarek takambang, Kaluak Baralun (lengkung beralun), Lapiah Duo (lapis dua), Limpapeh, Kipeh Cino dan Sajamba Makan (kipas cina dan makan bersama-sama).
Penulisan ini bertujuan untuk membahas dan menginterpretasikan makna filosofis yang terkandung dalam ukiran “Itiak Pulang Patang” yang mencerminkan pola kehidupan masyarakat Minangkabau.
Selain keterangan di atas Makna Ukiran di Rumah Gadang juga menjelaskan hal-hal kehidupan dan lain sebagainya.
Setiap nama memiliki makna dari ukiran dan seni ukiran di Rumah Gadang Minangkabau memiliki makna, diantaranya :
“kaluak paku’ mempunyai arti ajaran anak dipangku kemenakan dibimbing.
“pucuak rabuang” bermakna pelajaran yang berguna yaitu “ketek baguno, gadang tapakai”.
“saluak laka” berarti lambang kekerabatan di Minang.
“jalo” melambangkan sistem pemerintahan Datuak Parpatih Nan Sabatang atau aliran Bodi Caniago.
“jarek” melambangkan sistem pemerintahan Datuak Katumanggungan atau aliran Koto Piliang.
“itiak pulang patang” bermakna anak – kemenakan.
“saik galamai” melambangkan ketelitian.
“si kambang manih” menggambarkan keramahan.
‘Itiak Pulang Patang’ memiliki enam makna filosofis seperti yang di jelaskan di bawah ini.
1. Keselarasan dan keserasian kehidupan masyarakat Minangkabau dengan alam
2. Tata pergaulan dalam kehidupan sehari-hari, antara individu di dalam masyarakat.
3. Tatanan sistem pemerintahan.
4. sistem kekerabatan antara mamak dan kemenakan.
5. Keteguhan dalam menjalankan prinsip- prinsip hidup.
6. Kebersamaan dalam kehidupan masyarakat Minang
[post_ads_2]
Ukiran ini pada umumnya banyak terdapat di dinding Rumah Adat Minangkabau yang terkenal dengan nama “Rumah Gadang atau rumah bagonjong ini". Pada ukiran rumah gadang terkandung makna filosofis yaitu menggambarkan keselarasan dan keserasian kehidupan masyarakat Minangkabau dengan alamnya,
Tata pergaulan dalam kehidupan sehari-hari antar individu dalam masyarakat, tatanan sistem pemerintahan, hubungan sinergis pada hubungan sistem kekerabatan antara mamak dan kemenakan, keteguhan dalam menjalankan prinsip-prinsip hidup serta kebersamaan dan kekompakan dalam masyarakat Minangkabau.
1. Keselarasan dan keserasian kehidupan masyarakat Minangkabau dengan alam
2. Tata pergaulan dalam kehidupan sehari-hari, antara individu di dalam masyarakat.
3. Tatanan sistem pemerintahan.
4. sistem kekerabatan antara mamak dan kemenakan.
5. Keteguhan dalam menjalankan prinsip- prinsip hidup.
6. Kebersamaan dalam kehidupan masyarakat Minang
[post_ads_2]
Ukiran ini pada umumnya banyak terdapat di dinding Rumah Adat Minangkabau yang terkenal dengan nama “Rumah Gadang atau rumah bagonjong ini". Pada ukiran rumah gadang terkandung makna filosofis yaitu menggambarkan keselarasan dan keserasian kehidupan masyarakat Minangkabau dengan alamnya,
Tata pergaulan dalam kehidupan sehari-hari antar individu dalam masyarakat, tatanan sistem pemerintahan, hubungan sinergis pada hubungan sistem kekerabatan antara mamak dan kemenakan, keteguhan dalam menjalankan prinsip-prinsip hidup serta kebersamaan dan kekompakan dalam masyarakat Minangkabau.
EmoticonEmoticon